Kajian Riyadhus Shalihin - 416. RESPON ORANG-ORANG BERIMAN - Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حَفِظَهُ اللهُ

Semoga Allah Menjaga Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله تعالى beserta tim, jama'ah dan seluruh kaum muslimin dimanapun berada. 


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذب الله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له نشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمد عبده ورسوله لا نبي بعده ونصلي ونسلم على نبينا ورسولنا سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن سار على نهجه بإحسان إلى يوم الدين وبعد 


Hadirin yang Allah Muliakan, الحمد لله kita bersyukur kepada Allah subhanahuwata'ala atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita. Khususnya nikmat hidayah, nikmat ilmu, nikmat hikmah yang merupakan nikmat terbesar. Allah subhanahuwata'ala berfirman tentang nikmat ilmu. Dalam surat An-Nisa ayat 113 وَاَنۡزَلَ اللّٰهُ عَلَيۡكَ الۡكِتٰبَ وَالۡحِكۡمَةَ dan Allah turunkan kepada engkau kitab suci dan hikmah وَعَلَّمَكَ مَا لَمۡ تَكُنۡ تَعۡلَمُ‌ؕ dan Allah mengajarkan ilmu yang sebelumnya engkau tidak ketahui. Jadi Allah turunkan القرآن Allah turunkan الحكمة. Allah ajarkan apa yang sebelumnya engkau tidak ketahui. Lalu apa kelanjutannya? وَكَانَ فَضۡلُ اللّٰهِ عَلَيۡكَ عَظِيۡمًا dan karunia Allah kepada engkau itu sangat besar. عظيما. Jadi hadirin sekalian yang Allah Muliakan. Mendapatkan القرآن الكريم bisa mempelajari hikmah lalu kita dapet ilmu yang sebelumnya kita ngga tau. Saat kita kaji رياض الصالحين kemarin kita ngga ngerti tentang ilmu itu. Ilmu yang kita pelajari pagi ini misalnya. Itu karunia yang sangat besar kata Allah subhanahuwata'ala. Tapi masalahnya banyak orang memang ga menghargai ilmu. Maka mereka ngga tertarik. 


Beda kalau dapet duit gitu lho. Beda kalau dapet harta. Oh semangat padahal ilmu itu lebih tinggi daripada harta. Ilmu itu lebih tinggi dibanding harta. Makanya hadirin orang-orang yang terbaik itu nikmatnya nikmat ilmu. Yaitu para nabi dan Rosul. Adapun harta peringkat ke berapa? Ada yang diberikan banyak ada yang ngga diberikan kecuali sedikit. Dan itu bukan masalah karena mereka diberikan ilmu. 


Jadi coba renungkan hadirin sekalian. Allah katakan bahwa mendapatkan القرآن mendapatkan hikmah. Mendapatkan ilmu yang sebelumnya kita ngga tahu itu فضل الله karunia Allah yang sangat besar وَكَانَ فَضۡلُ اللّٰهِ عَلَيۡكَ عَظِيۡمًا dan ga mungkin Allah bilang Allah berfirman ini karunia yang sangat besar terus ngga ada dampak dalam kehidupan kita tuh ngga mungkin. Ngga mungkin Allah berfirman ini karunia yang sangat besar terus ga ada perubahan dalam diri kita Itu ngga mungkin. Asal ilmunya bermanfaat. 


Maka ini yang terus kita tanamkan ini yang harus kita yakini hadirin sekalian. Maka bersyukurlah kepada Allah Subhanahuwata'ala dan terus minta ilmu yang bermanfaat. Terus minta ilmu yang bermanfaat. Karena inti ilmu adalah yang bermanfaat sebagaimana yang dikatakan Al-Imam As-Syafi'i العلم ما نفع وليس ما حفظ. Ilmu itu yang bermanfaat dan bukan sebatas yang dihafal. اللهم انا نسألك علما نافعا ونعوذبك من علم لا ينفع. 


Hadirin yang Allah Muliakan, selanjutnya perkuat شهادتين kita. Jaga tauhid kita dan jaga semangat kita mengikuti رسول الله صلى الله عليه وسلم. Sebagaimana bab yang kita bahas sebelumnya. Dan perbanyak sholawat dan salam kepada Rosul kita, Nabi kita سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن سار على نهجه بإحسان إلى يوم الدين وبعد. 


Hadirin kita kembali bersama Al-Imam An-Nawawi رحمه الله. Al-Imam An-Nawawi رحمه الله. Semoga Allah Merahmati beliau, Merahmati keluarga beliau dan semoga Allah Merahmati seluruh kaum muslimin. Dan semoga Allah menjaga bangsa dan tanah air kita ini. 


Hadirin yang Allah Muliakan kita masuk ke ayat yang kedua. Masuk ke ayat yang kedua dari bab ini hadirin. Yaitu surat An-Nur ayat 51. Itu ayat yang dimasukkan imam Nawawi di ayat yang kedua. Sekali lagi bab ini kan belajar bagaimana sih respon orang-orang beriman kalau diajak menjadi baik dan dilarang melakukan kemungkaran. Nah kita lihat surat An-Nur ayat 51 ini di ayat yang kedua. Al-Imam An-Nawawi semoga Allah Merahmati beliau. Beliau menyampaikan وقال تعالى dan Allah berfirman اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ "sesungguhnya jawaban orang-orang beriman." Sesungguhnya respon orang-orang beriman. Jadi ini lagi belajar, ini lagi menjelaskan responnya gimana sih? Jawabannya seperti apa? Jawaban dari apa nih? اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ jika diajak, dipanggil kepada Allah dan rosulNya. اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا atau لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا "Agar Rosul memutuskan urusan diantara mereka. Maka jawaban mereka adalah سمعنا واطعنا. Kami dengar dan kami taat". Kami dengar dan kami nurut. Kami dengar dan kami patuh. Kami dengar dan kami patuh. Hadirin yang Allah Muliakan. 


Apa yang akan didapatkan oleh orang-orang beriman kalau mereka dengar dan mereka patuh? Kita lihat lagi akhir ayat tersebut. وأولئك هم المفلحون "Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Merekalah orang-orang yang beruntung." Hadirin yang Allah Muliakan. Simple, sederhana pendek aja. Ga panjang-panjang tapi itu menunjukkan keimanan seseorang dan keberuntungan seseorang. Jadi dari ayat inilah kita dengar istilah سمعنا واطعنا. Kami dengar dan kami taat. Karena memang Allah subhanahuwata'ala menjelaskan. Bahwa kalau kita beriman. Ini kalau kita beriman hadirin. 


Kalau kita beriman maka ketika kita diajak kembali kepada Allah kembali kepada Rosul. Diajak mengerjakan kebaikan. Mengerjakan ibadah. Mengerjakan amal sholeh. Dan berhenti dari sebuah kemungkaran. Berhenti atau dilarang dari sebuah kesalahan atau kemaksiatan. Maka jawaban kita jika kita beriman. Respon kita jika kita beriman adalah سمعنا واطعنا hanya itu. سمعنا واطعنا kami dengar dan kami taat. Kami dengar dan kami taat. Dan ini satu-satunya respon. Satu-satunya jawaban. Satu-satunya opsi. Makanya coba kita lihat ayatnya lagi jama'ah. Apa awalannya? Awalannya pake انما. Siapa yang udah belajar Bahasa Arab hadirin? انما itu dalam ilmu balaghah itu salah satu kata atau ادوات الحصر والقصر apalagi tuh pak ustadz? Maksudnya untuk membatasi dan mengkhususkan. Jadi membatasi hanya itu. Jadi hanya satu respon. Itu aja. Hanya ada 1 jawaban bagi orang-orang beriman jika diajak kepada ayat القرآن diajak kepada hadits Nabi Sallallahu'alaihiwassalam. Itu. 


Maka responnya سمعنا واطعنا kami dengar dan kami patuh. Jadi ga ada respon lain hadirin. Hanya dengar dan patuh. Ustadz kalau masalahnya khilaf yang kuat gimana? Khilaf yang kuat sebagaimana dijelaskan para ulama itu ranah toleransi. Tapi ga keluar dari konsep ini. Kenapa? Karena kan ulama mengatakan وليس كل خلافٍ جاء مُعْتَبَرَاً إلا خلافٌ له حظٌ من النظر. Tidak semua perbedaan atau khilaf itu dianggap. Hanya khilaf yang punya dalil yang kuat atau argumentasi yang kuat. Jadi ketika khilafnya ngga kuat kita harus kembali kepada dalil. Kalau khilafnya kuat. Khilaf ijtihadiyah dalam ilmu Ushul. Maka kedua belah pihak atau ketiga belah pihak itu kan semuanya kembali ke dalil. Bukan ke hawa nafsu. Karena dalilnya sama-sama kuat itulah dibuka pintu toleransi. 


Karena semua pihak bukan ngikutin hawa nafsu. Semua pihak yang berbeda bukan ngikutin logikanya bukan ngikutin akalnya tapi sama-sama ngikutin dalil yang sama-sama kuat di masalah tersebut dan manusia itu penuh kekurangan dan kelemahan. Gitu lho. Walaupun disisi Allah kebenarannya satu tapi karena manusia itu lemah dan punya banyak kekurangan mereka ga bisa sampai titik itu maka terjadi khilaf yang kuat ijtihadiyah. Maka itu ranah toleransi. Jadi ga bertentangan dengan ayat ini. 


Karena kenapa dinamakan khilaf yang kuat? Karena ulama-ulama yang berbeda semuanya kembali ke dalil, kembali ke ayat atau hadits yang dengan keterbatasan seorang manusia kesimpulannya itu yang paling kuat. Eh ketemu saudaranya beda. Tapi saudaranya bukan ngikutin hawa nafsu. Ngikutin dalil juga dan itu hikmah yang besar dari Allah subhanahuwata'ala. Jadi semuanya kembali kepada Allah dan RosulNya tetapi tidak semua khilaf sebagaimana kaedah ulama yang tadi kita sebutkan dan ini semua dikembalikan kepada Ahli Ilmu untuk mencari yang mana yang kuat dan mana yang tidak. Maka yang khilaf ijtihadiyah mana yang bukan. 


Tapi intinya kembali lagi bahwa ucapan orang-orang beriman. Respon orang-orang beriman. Jawaban orang-orang beriman jika diajak kembali kepada Allah dan rosulNya agar Rosul yang memutuskan, menetapkan mereka mengatakan سمعنا واطعنا. Kami dengar kami nurut. Kami dengar kami patuh. Kami dengar dan kami taat. Itu jama'ah. 


Itu hal yang perlu kita camkan. Hadirin  yang Allah Muliakan. Yang berikutnya. Al-Imam Al-Qurtubi membawakan keterangan Abdullah bin Abbas ketika menjelaskan tafsir ini. Bahwa kita ini harus.. intinya kita harus.. intinya ya saya ga baca seluruhnya. Intinya bahwa ayat ini berbicara tentang ketaatan kepada Allah dan rosulNya walaupun dalam hal-hal yang kita ga suka أخبر بطاعة المهاجرين والأنصار ، وإن كان ذلك فيما يكرهون Jadi kata Ibnu Abbas "Ini ketaatan Muhajirin dan Anshor walaupun mereka ngga suka secara nafsu." Secara nafsu. Nah itu, secara logika. Logika mereka. Bukan.. Karena dalil ga mungkin bertentangan dengan logika yang benar. 


Tapi kan seringkali logika kita nih keliru nih hadirin. Walaupun pada detik itu kita merasa udah bener nih logika. Eh ketika belajar-belajar-belajar lagi oh salah ternyata. Gitu aja. Ya simple aja deh. Logika kita waktu SMA dengan logika kita waktu selesai S1 sama atau engga? Seringkali kan waktu SMA apalagi kalau nilai kita bagus-bagus kita pikir udah paling bener udah. 


Terus masuk ke kuliah IPK kita 3.9 oh udah merasa semua logika kita benar. Eh ketemu orang yang lebih jago pengalaman eh salah ternyata di beberapa kesempatan. Itu. Nah jadi orang-orang beriman itu mengikuti Allah dan Rosulnya walaupun dalam hal atau mereka ngga suka secara personal. Tapi karena Allah dan rosulNya yang menyampaikan. Mereka nomorduakan ego mereka. Mereka nomorduakan nafsu mereka. Mereka nomorduakan logika berfikir mereka dan mereka kedepankan Allah dan rosulNya Sallallahu'alaihiwassalam. 


Bukan karena logika ngga dianggap bukan. Tapi kita tahu bersama logika manusia itu mayoritasnya subjektif. Adapun Allah dan rosulNya kebenarannya mutlak hadirin. Kebenarannya mutlak. Itu hal yang perlu kita camkan bersama-sama. Apalagi kalau kita bicara hawa nafsu kita. Kan itu yang kita perlu camkan. Masih ingat firman Allah subhanahuwata'ala dalam surat Al-Baqarah ayat 147? 


Allah berfirman اَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ. Al Baqarah ayat 147. Apa kata Allah subhanahuwata'ala? "Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu." Itu, kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, dari Allah. "Maka jangan pernah kalian termasuk orang-orang yang ragu dalam hal ini" gitu hadirin. Jadi ketika kebenaran itu berasal dari Rabbmu, dari Allah. Kita diajak kembali kepada Allah berarti kita diajak kembali kepada kebenaran. Jadi udah jangan pake hawa nafsu lagi. Karena ga mungkin bisa dibandingkan kembali kepada Allah dan kembali kepada hawa nafsu. Coba tadi lihat Al-Baqarah الحق من ربك kebenaran itu berasal dari Rabbmu. Lalu coba kita bandingkan. Nah ini kita bandingkan dengan ayat tentang hawa nafsu. Surat Yusuf itulho ayat 53. Yusuf 53. Allah berfirman اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْ ha ini. Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan. Kecuali nafsu yang diberikan Rahmat oleh Rabbku. Maksudnya ada nafsu yang baik misalnya nafsu makan. Baik itu, nafsu sebatas dengan suaminya atau istrinya. Udah itu nafsu yang dirahmati. 


Tapi mayoritas nafsu ini ngajaknya ke keburukan jama'ah. Mayoritas kasus itu tuh. Nafsu tuh senantiasa mengajak kepada keburukan. Jadi mungkinkah kita kedepankan nafsu kita jika kita udah diajak kembali kepada Allah dan rosulNya. Jadi dari satu sisi kebenaran itu berasal dari Rabbmu. Disisi yang lain أن النفس لأمارة بالسوء "sesungguhnya nafsu itu senantiasa membawa, mengajak kita kepada keburukan." 


Ya masa yang menang itu nafsu hadirin. Kan ga mungkin ya. Jadi yang membuat kita ngga suka itu seringkali karena kita didominasi oleh nafsu. Atau logika yang salah gitu lho. Itu hadirin sekalian. Maka sebelum semua itu begitu ada perintah kembali kepada Allah dan RosulNya udah ikutin aja dulu. سمعنا واطعنا. سمعنا واطعنا kami dengar dan kami taat. Itu. Dan pelajaran yang berikutnya jama'ah sekalian. Maksud ayat ini adalah kembali kepada Allah dan RosulNya. Kembali kepada القرآن dan sunnah Nabi Sallallahu'alaihiwassalam yang shohihah dengan pemahaman yang benar. Benar-benar kita pastikan bahwa ini yang diinginkan oleh Allah dan RosulNya. Ini yang dimaksud oleh Rosulullah Sallallahu'alaihiwassalam. Ini yang diterangkan oleh para sahabat Nabi Sallallahu'alaihiwassalam. Lalu mereka mewariskan ya? Eh bukan mewariskan. Mewarisi Ini ke Tabi'in. Dari Tabi'in ke Tabi'ut Tabi'in. Terus ke ulama-ulama kita seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafii, Imam Ahmad. Gitu hadirin. Karena jangan sampe ayatnya benar, haditsnya Shohih eh ternyata pemahamannya salah. Gitu. Begitu hadirin. Jadi ini yang perlu kita tanamkan. Nah kalau dalilnya sudah valid pemahamannya sudah bener. Bisa dicek di buku-buku para ulama kita. Ini o bener. Ini yang diinginkan oleh Rosulullah Sallallahu'alaihiwassalam. Ini yang dipahami para sahabat sebagai murid langsung. Ini yang diterapkan juga oleh Tabi'in. Tabi'ut Tabi'in. Terus ini diterangkan Imam Syafi'i رحمه الله. 


Ini fatwanya Imam Ahmad, Muridnya Imam Syafi'i رحمهما الله. Atau ini diterangkan Imam Malik, gurunya Imam Syafi'i رحمهما الله. Lah ini bismillah hadirin. Dalilnya sudah ada segala macem. Gitu lho. Jadi udah jangan pake nafsu lagi. Jangan pake akal kita. Akal sehat tuh ga mungkin bertentangan dengan wahyu tapi masalahnya akal kita udah bener apa belum? Gitu lho. Seringkali kita mengklaim akal kita udah bener ternyata ga bener. Dan itu wajar manusia kan suka gitu hadirin. Jadi ini yang perlu kita camkan. Itu tadi pemikiran kita hari ini dan pemikiran kita setahun yang lalu tuh belum tentu sama lho. Lha terus kalau kita pake. Ngga ini logika saya. Nah logika kamu yang tahun berapa? Itu kadang-kadang tuh. Yang tahun ini atau tahun lalu? Tahun lalu kayaknya kamu ngga ngomong begini deh gitu hadirin. Itu hal yang perlu kita camkan. Kita mikirin sesuatu hal yang sama. Beda jam aja beda kesimpulan. Bener ga sih? Kita mikirin sesuatu hanya ngamalin otak kita atau logika kita itu beda jam beda kesimpulan. 


Itu. Kita lagi asik-asik tidur dan memang kita kurang tidur gitu. Baru tidur jam 12 malem. Eh jam 2 ditelpon sama temen sahabat kita. Kenapa ditelpon jam 2? Lagi ribut sama istrinya. Curhat lah, gimana nih bro? Kayaknya gua udah ga sanggup pertahanin rumah tangga gua. Menurut loe gimana? Gue cerai aja? Hmm.. Bener nih cerai? Yaudah deh cepet aja deh cepet. Ini orang baru bangun ini baru jam 2. Jam 2 kurang tidur bener nih? Iyaiya deh. Tutup deh diceraiin itu istri. Pagi-paginya jam 10 ketemuan lagi. Udah deh gua ceraiin istri gua. Huh? Ceraiin? Kenapa? Ya gua ribut tadi malam. Terus masa cuma ribut gitu diceraiin? Ya kan gua udah telfon lu. Huh? Yang bener? Iya, inget ga? Oh itu kenapa diceraiin? Nah katanya lebih cepet lebih baik? Maksudnya gue udah ngantuk gitu lho. Udah ngga konek itu hadirin. 


Itu aja setiap berapa jam aja beda jawaban kalau kita ngandelin diri kita. Tapi kalau ayat kan ga mungkin berubah, hadits tuh ga mungkin berubah. Oleh karena itu kembali lah kepada القرآن dan sunnah Nabi Sallallahu'alaihiwassalam. Dan latihan lah سمعنا واطعنا gitu lho. Inget respon kita itu سمعنا واطعنا. Ha itu. Jangan dipelesetkan hadirin سمعنا wa pikir-pikirna' lah. Lah itu. Ustadz, aku pikir-pikir dulu ya. Lah kok dipikirin lagi itulho? Kan udah jelas. Ini keterangan ulamanya. Ya aku kayaknya belum siap nih. Jangan hadirin. Jangan. Udah سمعنا واطعنا. Kami dengar kami nurut. Udah walaupun belum sampai ke pemikiran kita. Atau nafsu kita ke hal yang lain. 


Nah bagi pihak-pihak yang masih agak ragu-ragu tuh padahal tadi udah kita jelaskan dalam surat Al-Baqarah apa? الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ kebenaran itu berasal dari Rabbmu jangan pernah jadi orang yang ragu-ragu. Al-Baqarah 147. Nah dari sini coba kita kembali ke ayat kita kalau kita سمعنا واطعنا وَاُولٰۤئكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ. Dan mereka adalah orang-orang yang beruntung. Ha itu beruntung. Jadi pasti beruntung. Itu pasti. Pasti beruntung di dunia dan beruntung di akhirat itu. Beruntung di dunia beruntung di akhirat. Apa yang dimaksud beruntung disini? نيل المطلوب والسلامة من المرهوب kalau kita buka tafsir Ibnu Katsir maka kita akan dapatkan keterangan beruntung disini adalah kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan dan kita selamat dari yang kita takutkan. Nah itu beruntung. Dan di akhirat kita masuk surga sebagaimana keterangan Al-Imam Ath-thabari. Jadi beruntung. Jadi kalau mau keberuntungan ini. Kalau mau cari keberuntungan ini dan hidup itutuh sangat membutuhkan faktor keberuntungan. 


Coba tanya orang-orang sukses. Penting ngga faktor keberuntungan? Penting! Penting. Hadirin yang Allah Muliakan, jadi hadirin yang Allah Muliakan. Jadi aduh beruntung banget nih aku nih. Itutuh penting sekali. Mereka tuh orang yang beruntung dan akan mendapatkan keberuntungan. Dan kata-kata beruntung keberuntungan itu biasa diungkapkan untuk apa sih hadirin? Untuk hal kan yang diluar perkiraan kita. Eh kita dapet. Atau yang ngga bisa kita jelaskan. Atau kita dapatkan diluar skenario kita. Oh Anda pasti persiapan ya dapat ini? Ngga saya ngga persiapan sama sekali. Saya nih beruntung aja. Gitu lho. Saya beruntung aja. Jadi hadirin sekalian kalau udah kayak gini yaudah gausa, gausa terlalu, jangan mengedepankan logika dihadapan القرآن dan sunnah. Bukan karena logika itu buruk. Ngga. Tapi kebenaran yang pas itu dari Allah. Kita belum pasti. Terus yang berikutnya Allah akan kasih keberuntungan. 


Ketika kita pikir ke kiri ternyata kita akan dapet dari kanan dan wahyu emang suruh kita ke kanan. Oh iyaya, masyaallah. Gitu jama'ah. Qur'an ternyata suruh kita ke kanan. Kita berfikir ngga nih. Ini belok kiri. Ternyata kita dapetnya di kanan. Eh ternyata Rosul Sallallahu'alaihiwassalam memang mengarahkan kita ke kanan. Beruntung banget ya saya. Ha itu makanya udah ikut dalil aja udah asal bener ya. Valid dan pemahamannya benar. Dan bisa dicek di buku-buku para ulama. Gitu lho. Itu hal yang perlu kita camkan. الله تعالى أعلم بالصواب. 


Jadi ini yang kita harus terus renungkan. Selalu ingat penutupannya سمعنا واطعنا terus apa? Hadirin, apa berikutnya? Ini penting. Ha? وأولئك هم المفلحون "Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." Beruntung beruntung. Dia akan dapet apa yang dia inginkan dan dia akan selamat dari yang dia takutkan walaupun pada detik itu belum masuk logikanya. Walaupun pada detik itu ngga sesuai dengan hawa nafsunya. Gitu hadirin tapi ikutin ini deh beruntung, ngga gagal. Beruntung. Gitu hadirin. Emang ga mudah. Ga mudah. Tapi ini harus kita latih terus dan kita kedepankan iman kita bahwa kebenaran berasal dari Allah bukan dari kita. Dan kita harus tau diri. Ilmu kita terbatas ilmu kita terbatas. Logika kita terbatas. Nafsu kita seringkali ngajak ke keburukan. Jadi apa yang mau diandelin dari diri kita? 


Tapi ilmu Allah tidak terbatas. Ilmu Allah mencakup semuanya وَّاَنَّ اللّٰهَ قَدۡ اَحَاطَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عِلۡمًا dalam surat At-Talaq ayat 12 "Dan ilmu Allah mencakup segala sesuatu." Udah kembali saja kepada Allah dan RosulNya. Saya rasa cukup sampai disini. Semoga bermanfaat. وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

Comments

Popular posts from this blog

Kajian Riyadhus Shalihin - 1. Karya yang Mengubah Dunia - Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حَفِظَهُ اللهُ

Kajian Riyadhus Shalihin - 415. 3 Bukti Keimanan - Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حَفِظَهُ اللهُ

Kajian Riyadhus Shalihin - 376. Musibah Terbesar - Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حَفِظَهُ اللهُ