Kajian Riyadhus Shalihin - 415. 3 Bukti Keimanan - Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حَفِظَهُ اللهُ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذب الله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده ...
Hadirin yang Allah Muliakan kita panjatkan puji syukur kepada Allah subhanahuwata'ala atas segala nikmat dan karunia yang tidak henti-hentinya Allah karuniakan kepada kita. Khususnya nikmat ilmu hadirin. Ilmu yang bermanfaat Sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Sallallahu'alaihiwassalam dalam hadits riwayat Tirmidzi الدنيا ملعونة dunia itu terlaknat ملعون من فيها semua yang ada di dunia itu terlaknat. Apa yang dimaksud ini cukup mengejutkan. Ternyata yang membuat kita bernafas lega itu Nabi Sallallahu'alaihiwassalam memberikan pengecualian, anomali ternyata ada yang tidak dilaknat إلا ذكر الله kecuali mengingat Allah. Setiap kita mengingat Allah makan kita terjaga dari laknat Allah.
Setiap kita membuka hari kita dengan dzikir pagi dan mengerjakan setiap aktifitas dengan berdzikir. Masuk kamar mandi berdzikir. Keluar berdzikir. Mau makan berdzikir. Setelah makan berdzikir. Mau keluar berdzikir maka pada saat itu kita terjaga dari laknat. Terjaga dari laknat.
Hadirin yang Allah Muliakan. Lalu yang kedua وما والاه setiap aktifitas yang dicintai dan diridhoi oleh Allah. Jadi setiap aktifitas yang dicintai dan diridhoi oleh Allah itu tidak terlaknat atau melindungi kita dari laknat. Makanya ini membuka peluang yang lebih besar lagi. Apa yang Allah Ridhoi? بر الوالدين nah itu. Mencari nafkah agar kita ngga tergantung sama orang. Itu diridhoi oleh Allah subhanahuwata'ala. Berbuat baik, nolong orang dicintai oleh Allah dan pada saat mengisi hari-hari kita dengan kebaikan maka pada saat itulah kita terjaga dari laknat.
Berhenti sampai disana? Ternyata belum وعالم أو متعلم ahli ilmu, ulama dan penuntut ilmu متعلم ahli ilmu dan orang yang belajar agama. Dan ini ga sebatas santri tapi setiap orang yang belajar agama. Setiap orang yang berusaha mengosongkan waktu untuk mengkaji Al-Qur'an Al-Kariim dan sunnah Nabi Sallallahu'alaihiwassalam. Dan kita tahu bersama bahwa penuntut ilmu atau belajar agama itu termasuk ke dalam ذكر الله. Nama lain ilmu kan berdzikir.
Dan itu juga termasuk aktifitas yang Allah Cintai dan Ridhoi. Kajian kan termasuk aktifitas yang Allah Cintai dan Ridhoi. Jadi maksudnya sebenernya dulu nabi bersabda ذكر الله وما والاه itu mencakup ulama, mencakup penuntut ilmu mencakup belajar dan kajian.
Tapi kenapa Nabi Sallallahu'alaihiwassalam menyebutkan di penyebutan ke 3? Ini untuk penekanan hadirin. Emang penting banget nih hadirin sekalian. Sama ketika misalnya ada acara RT lalu hostnya mengatakan kami ucapkan selamat datang kepada seluruh hadirin dan pak RT. Nah itu. Nah pak RTnya jangan baper "loh emangnya aku bukan hadirin?" Oh itu penekanan pak RT. Itu berarti pak RT dispesialkan nah gitu kan. Gitu hadirin.
Padahal cukup aja host mengatakan "selamat datang kepada para hadirin" cukup itu mencakup pak RT. Pak RTnya ada disana. Tapi kenapa disebutkan lagi? Penekanan. Sama ini. Dzikir itu udah mencakup menuntut ilmu. Aktifitas yang Allah Cintai sudah termasuk menuntut ilmu. Tapi kenapa Nabi menekankan وعالم ومتعلم? Jawabannya karena itu sangat ditekankan. Makanya jama'ah sekalian beda lho saat hari kita diisi dengan kajian apalagi kajian rutin dengan hari itu ga pake kajian karena sibuk inilah sibuk itulah. Itutuh berkahnya beda tuh hari. Coba ae rasain. Dihati juga beda. Apa, jadi lebih gampang maksiat di hari itu. Jadi lebih banyak lalai. Gitu hadirin. Lisan jadi susah dijaga. Tindakan kadang-kadang ga tepat ya karena hadirin yang Allah Muliakan ini itu penjaga dari laknat Allah dan magnet dari keberkahan. Itu.
Makanya ngaji nih harus dibela-belain. Bukan dijadikan kalau ada waktu luang aja. Ngga! Jadi memang harus diperjuangkan. Jangan Allah dan Rosulnya di nomorduakan hadirin. Yang kasih kesehatan itu Allah. Yang kasih kecerdasan itu Allah subhanahuwata'ala. Pantaskah kalau Allah itu dinomorduakan? Jadi waktu untuk Allah kalau ada waktu aja. Kalau ngga ada waktu ga ada waktu untuk Allah. Itukan dinomorduakan. Padahal kalau Allah subhanahuwata'ala mau memecahkan satu pembuluh darah di kepala kita semua berhenti total itu kegiatan hari itu. Berhenti total. Gitu tapi kan kita ngga mikir kesana ya? بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا namun kalian tuh lebih memprioritaskan urusan-urusan dunia Kata Allah. Jadi ini nih jama'ah sekalian pentingnya kita ngaji, belajar itu agar hidup kita itu terjaga dari laknat.
Gitu jama'ah. Hadirin yang Allah Muliakan, dan yang dimaksud dengan ilmu sekali lagi adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat bukan hanya sekedar retorika atau maklumat selalu ingat ucapan imam Syafi'i العلم ما نفع وليس ما حفظ ilmu itu yang bermanfaat bukan hanya sekedar yang dihafal. Ilmu itu yang bermanfaat dan bukan hanya sekedar yang dihafal. Jadi coba kita manfaatkan, amalkan ilmu itu. Tentu saja kita banyak kekurangan hadirin.
Sehebat-hebatnya kita berusaha pasti ada kekurangan. Pasti ga sempurna ngamalinnya. Pasti ada khilaf. Pasti ada lupanya. Itu Jangan membuat kita berkecil hati. Jangan membuat kita memfonis saudara kita. Karena itu manusia كل بني آدم خطاء seluruh anak adam itu pasti banyak melakukan kesalahan. وخير الخطائين التوابون dan yang terbaik dari mereka adalah yang paling banyak bertaubat kepada Allah. Jadi kalau melakukan kesalahan sikapi dengan ilmu lagi. Taubat dan istighfar gitu aja udah. Jangan terpuruk. Jangan jadi apa.. Terlalu menyalahkan diri sendiri secara overdosis.
Atau sebaliknya jangan menuntut orang lain sempurna dan begitu orang lain saudara kita melakukan 1 kesalahan atau 2 kesalahan kita langsung mudah menyimpulkan dia atau memvonis dia. Ya namanya خطاء itu banyak salah jadi bukan 1-2. كل بني آدم خطاء setiap anak Adam banyak banget melakukan kesalahan. Tapi spiritnya mau belajar apa ngga spiritnya itu ikhlas cari kebenaran atau cari pembenaran. Itu yang perlu kita camkan. Oleh karena itu ini yang perlu kita tekankan terus selalu minta ilmu yang bermanfaat اللهم انا نسألك علما نافعا ونعوذبك من علم لا ينفع sebagaimana kita terus perkuat iman dan tauhid kita dan jaga komitmen kita mengikuti Rosulillah Sallallahu'alaihiwassalam dan itulah شهادتين dan perbanyak sholawat dan salam kepada Nabi kita, Rosul kita, sayyidina Muhammadin Sallallahu'alaihiwassalam وعلى اله وصحبه أجمعين.
Kita kembali bersama Imam Nawawi hadirin dan kita masuk bab yang baru. بابٌ في وجوب الانقياد لحكم الله تعالى وما يقوله مَن دُعي إِلَى ذلِكَ، وأُمِرَ بمعروفٍ أَوْ نُهِيَ عن منكرٍ Bab wajibnya tunduk dan taat pada hukum Allah atau yang Allah tetapkan dan apa yang dikatakan jika kita diajak kesana. Diperintah untuk mengerjakan kebaikan dan dilarang mengerjakan kemungkaran. Itulho.
Jadi kalau kita diajak mengerjakan kebaikan dan dilarang untuk mengerjakan kemungkaran respon kita kayak apa sih? Sikap kita seperti apa? Apa yang harus kita ucapkan gitu lho. Kalau kita diajak mengerjakan kebaikan. Diajak deket sama Allah. Dilarang untuk tidak maksiat. Itu gimana respon kita. Bagaimana tanggapan kita? Nah ini yang mau didudukkan oleh Al-Imam An-Nawawi رحمه الله تعالى semoga Allah Merahmati beliau, Merahmati keluarga beliau dan semoga Allah Merahmati seluruh kaum muslimin dan semoga Allah Menjaga bangsa dan tanah air kita ini. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin
Kita masuk ke ayat pertama hadirin. Al-Imam An-Nawawi menyampaikan قَالَ الله تعالي: فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا [النساء: 65]
Hadirin yang Allah Muliakan, Allah subhanahuwata'ala berfirman "Maka demi Rabbmu, mereka hakikatnya tidak beriman! Mereka belum beriman sampai" Jadi mereka nih belum beriman kata Allah dan Allah bersumpah mereka nih belum beriman. Sampai "mereka menjadikan engkau hakim menjadikan Rosul Sallallahu'alaihiwassalam sebagai pemutus" gitu lho "yang menentukan setiap permasalahan setiap persengketaan, setiap masalah, setiap problem gitu lho." Apa nih kita cek lah. Apasih yang diajarkan oleh Nabi Sallallahu'alaihiwassalam dalam kondisi seperti ini? Apasih yang diarahkan nabi Sallallahu'alaihiwassalam kalau seperti ini? Seperti apasih Nabi Sallallahu'alaihiwassalam mengajarkan dan menuntun kita? Kalau situasinya seperti ini. Nah itu jama'ah. Jadi sampai kita kembali ke Rosul Sallallahu'alaihiwassalam.
Dan ketika Rosul Sallallahu'alaihiwassalam sudah meninggal, sudah wafat maka kembali ke sunnah beliau Sallallahu'alaihiwassalam. Jadi sampai mereka menjadikan engkau sebagai pemutus terhadap perkara yang mereka perselisihkan. Cukup sampai disini? Ternyata ayatnya belum selesai hadirin "kemudian mereka tidak merasa" mereka tidak merasa "berat" atau mereka tidak merasa keberatan "dalam hati mereka terhadap keputusan yang engkau berikan" jadi hati mereka itu plong aja. Ga ada perasaan berat. Perasaan sesak. Perasaan tertekan gitu hadirin.
Jadi ketika Rosulullah Sallallahu'alaihiwassalam mengarahkan ke kanan. Oke ke kanan. Rosulullah Sallallahu'alaihiwassalam mengajak ke kiri, ahlan wa sahlan ke kiri. Rosul Sallallahu'alaihiwassalam meminta kita diam, diam kita. Rosulullah Sallallahu'alaihiwassalam meminta kita maju, maju. Gitu hadirin. Dan hati mereka ngga keberatan.
Ga ada rasa berat. Ga ada rasa sesak. Ga ada rasa sebel. "Aku nih masih ga terima ya" nah itutuh ga ada. Pokoknya. Hadirin yang Allah Muliakan. Ga ada awalan "tapikan..." Gitulho
Iya saya tau hadits ini Shohih dan keterangannya. Keterangan ulamanya seperti seperti ini. Tapikan... Nah itu ada kata-kata tapikan. Kita suka begitu tuh.
Udah ga ada lagi. Pokoknya plong aja. Ga ada rasa berat. Lalu hadirin yang Allah Muliakan. Yang terakhir kita lihat lagi ayatnya.
ويسلموا تسليما
Dan mereka menerima dengan sepenuh hati. Mereka menerima dengan sepenuh hati. Mereka menyerahkan udah sama Allah dan rasulnya تسليما udah. Udah menerima. Udah aku serahkan aja. Udah plong udah nerima aja udah. Menerima. Dengan totalitas sepenuh hati.
Nah ini hal yang perlu kita camkan jama'ah sekalian yang Allah Muliakan.
Hadirin yang Allah Muliakan, jadi ada 3 hal lho kalau kita ingin membuktikan iman kita ini diakui ngga sama Allah subhanahuwata'ala? Itu. Apa baru sekedar klaim aja? Atau baru sekedar klaim? Pengakuan. Gitu lho. Intinya kan bukan diklaim kita. Intinya adalah apakah iman kita diakui atau tidak. Makanya sebagian ulama tuh suka menyampaikan sebuah bait syair كل يدعي وصلاً بليلى وليلى لا تقر لهم بذاكا jadi ada perumpamaan hadirin. Ada wanita cantik namanya Laila nah karena menarik nih wanita. Ini laki-laki ngaku punya hubungan khusus dengan Laila. Setiap laki-laki nih ngaku punya hubungan khusus dengan Laila. Tapi yang jadi masalah وليلى لا تقر لهم بذاكا Laila itu ngga pernah ngakuin mereka punya hubungan dengan dirinya.
Ha ini, sebuah bait syair simple tapi maknanya dalem. Hadirin yang Allah Muliakan, jadi yang inikan pesannya bukan klaim yang jadi tolak ukur. Bukan pengakuan punya hubungan spesial dengan Allah yang menjadi parameter tetapi apakah Allah akui iman kita apa ngga? Apakah Allah akui iman kita atau tidak? Dan Allah tidak akui sampai kita punya 3 hal ini. Sampai kita mengembalikan segala urusan ke sunnah Rosulillah Sallallahu'alaihiwassalam. Dan yang dimaksud sunnah ini kan tuntunan, jalan dan mencakup القرآن الكريم. Lalu setelah itu gimana hati kita? Nerima apa ngga? Ada rasa berat? Nyesek? Protes? Atau kita ya الحمد لله lho hati aku kayaknya enak-enak aja. Gitu lho. Hatiku kayaknya nyaman-nyaman aja. Padahal aku harus meninggalkan hal yang haram ini.
Ini tuh hobinya selama 40 tahun. Tapi ketika ternyata oh ini hobi gabagus menurut Allah dan Rosulnya yaudah. Ini enak nih. Nah ini insyaallah nih beriman jama'ah. Terus yang ketiga nerimanya dengan plong. Total.
Serahkan semua kepada Allah subhanahuwata'ala. Kita lihat lagi ayatnya kan begitu hadirin.
حتى يحكموك فيما شجر بينهم
Itu yang pertama, lalu yang kedua
ثم لا يجدوا في أنفسهم حرجا مما قضيت
Lalu yang ketiga
ويسلموا تسليما
Dan, atau yang pertama serahkan kepada Allah subhanahuwata'ala atau biarkan Nabi Sallallahu'alaihiwassalam, sunnah Nabi Sallallahu'alaihiwassalam memutuskan dan hati kita ngga berat dan menerima dengan totalitas hadirin. Menerima dengan totalitas. Itu. Pokoknya enak ajalah. Dan itulah para sahabat رضي الله تعالى عنه. Para sahabat رضي الله تعالى عنه.
Masih inget keluarga Yasir? Ketika mereka bener-bener didzolimi, disakiti, lalu mereka bertanya kepada Rosulullah Sallallahu'alaihiwassalam, kata Nabi Sallallahu'alaihiwassalam صبرًا آل ياسر "sabar wahai آل ياسر" sabar, tahan diri kalian. Mereka sabar lho hadirin. صبرًا آل ياسر فإن موعدكم الجنة sabar lah wahai آل ياسر karena janji Allah kepada kalian adalah surga. Itu disiksa bisa sabar hadirin. Gitu jama'ah. Maksud sabar tuh, sabar tahan diri saya belum diperintahkan untuk melawan. Kita harus sabar. Sabar jama'ah.
Kita nih ujiannya belum ada apa-apanya. Itu yang perlu kita tanamkan. Makanya klaim itutuh harus dibuktikan. Makanya masih ingat ngga ucapan, Firman Allah dalam Al-Ankabut ayat 2? Ayat 2. Yang biasa kita baca itu اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ "Apakah manusia tuh mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengklaim, mengatakan, mengucapkan kami telah beriman dan mereka ga diuji sama Allah?" Lihat parameternya bukan klaim. Parameternya bukan mengaku beriman parameternya respon ketika diuji. Ha itu. Dan respon diuji tuh gimana? Nah itu kembalikan ke Rosul apa ngga? Lalu gimana hati anda? Lalu bener-bener menerima dan menyerah 100% Apa ngga? Nah itu. Itu jama'ah sekalian. Apakah bener-bener kita mengamalkan surat Al-An'am 162, 163? Apa kata Allah? قل إن صلاتي وتسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين. "Katakanlah, sesungguhnya sholatku, sesembelihan dan ibadahku." Berhenti sampai disini? Ngga! "Hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah." Aku persembahkan untuk Allah subhanahuwata'ala رب العالمين "Rabb Alam semesta. Dialah yang Pencipta Alam semesta. Pemilik alam semesta dan yang mengatur Alam semesta."
لا شريك له
"Tidak ada sekutu bagi Allah." Ga ada kesyirikan. Ga boleh kita melakukan kesyirikan. Ga ada sekutu. وبذلك أمرت "Dan itulah yang diperintahkan kepadaku" وأنا أول المسلمين "Dan aku adalah orang yang pertamakali menyerahkan diri kepada Allah."
Menyerah. Jadi bener ga kita selama ini tuh. Hidup kita ini untuk Allah? Untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah. Atau selama ini hidup kita untuk memuaskan jawa nafsu kita? Untuk kepentingan kita. Makanya begitu ga sesuai dengan hawa nafsu kita tolak. Ini kan ketika Allah dan Rosulnya punya ketetapan yang ga sesuai dengan ego kita. Ga sesuai dengan keyakinan kita. Hati kita nyesek.
Ga terima. Ga terima. Sedangkan sebaliknya kalau orang itu bener-bener mengembalikan kepada Allah maka ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا Mereka ngga akan merasa berat. Susah banget hadirin susah. ويسلموا تسليما dan mereka menyerah kepada Allah. Makanya inikan bukti iman. Ini udah bukan klaim lagi hadirin. Yang bisa melakukan hal ini hanyalah orang-orang yang beriman. Orang-orang yang bertauhid dengan iman dan tauhid yang real. Kalau Allah ngga kasih taufik ngga bisa kita nih hadirin. Orang-orang yang bener-bener yakin bahwa Allah itu الرحمن الرحيم bener-bener beriman dan yakin Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sehingga penetapannya dan keputusannya yang kasat mata terkesan merugikan kita tapi karena kita yakin dengan kasih sayang Allah dan Rahmat Allah kita yakin ini adalah bentuk kasih sayang. Ini bukan menyulitkan saya. Ini bentuk kasih sayang ke saya dan pasti ada sesuatu. Belum lagi kalau kita yakin Allah itu المحسن Yang Maha Baik. Maka kita yakin ini pasti baik buat saya tapi saya belum ngerti aja. Mas, kenapa bisa tenang begini? Karena saya yakin, Allah itu المحسن Yang Maha Baik. Wong ibu saya aja ga pernah nyelakain saya. Masa Allah nyelakain saya? Saya mau tanya, emang hikmahnya apa mas? Saya juga belum tau yah, tapi saya yakin ini adalah ini yang paling terbaik. Kan ngga setiap hikmah harus ketahui hari itu ngga harus setiap hikmah itu kita tahu h+1 h+2. Gitu hadirin.
Masih ingat kisah Nabi Yusuf عليه السلام di hari itu? Kan bukan di h+1 h+2. Coba kalau kita berhentikan kisahnya sampai Nabi Yusuf dipenjara mungkin orang pikir tragis banget nih. Lah ya belum selesai kisahnya hadirin. Lanjutin aja. Lah inikan kita dalam cerita kehidupan kita seringkali kita ke tengah-tengah gitu lho. Kita cut di episode-episode awal pas ada musibah lalu kita langsung buat kesimpulan. Ini ngerusak hidup saya. Lho belum selesai mas. Belum selesai. Lanjutin aja. Masa saya disuruh begini ini kan berat? Lho coba dulu dong. Masa Allah dan Rosulnya ngarahin ke hal yang merusak kita? Masih ingat firman Allah di surat Thaha ayat 2, coba apa? طٰهٰ مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓى "Thaha, kami tidak menurunkan Al-Qur'an kepada engkau wahai Muhammad untuk menyulitkan engkau. Membuat engkau sengsara." طٰهٰ مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓى. Ini bukan agar kita sengsara. Ini pasti ada hikmah. Pasti ada kebaikan. Sama bagi kita-kita yang sedang positif pada saat-saat ini. Atau keluarga kita positif. Atau ada keluarga kita meninggal dunia. Ingatlah konsep ini hadirin.
Allah ngga mungkin menetapkan sesuatu untuk membuat kita sengsara. Ngga mungkin. Jangan nilai sesuatu tuh dari satu dua detik pertama atau hari-hari pertama. Kita lihatlah pasti ada hikmah yang besar. أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَحْكَمِ ٱلْحَٰكِمِينَ? Bukankah Allah yang Maha, Pemutus yang Maha Bijak. Pemutus yang Maha Bijak hadirin sekalian. Adalah Allah tabarakawata'ala. Dan kita hafal ayatnya. Dan kita baca mungkin disetiap hari. Oleh karena itu hadirin yang Allah Muliakan. Hanya orang-orang yang mengenal Allah yang bisa menjalankan 3 hal ini. Kembalikan kepada sunnah Rosul, lalu tidak ada terasa berat dan menyerah secara total. Menerima secara total. Makanya coba kembali ke surat Al-An'am tadi 162. Apa penutupan ayat tersebut? قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ "sesungguhnya sholatku ibadahku, sesembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah."
Siapakah Allah itu? ربnya alam semesta. Pencipta kita, pemilik kita dan yang mengatur semuanya. Hadirin ketika ada karyawan baru disebuah perusahaan besar. Lalu dia ketika dia naik ke lantainya dia baru pertama. Ini hari pertama. Tiba-tiba begitu dia keluar lift langsung disuruh oleh seorang untuk ngambil gelas di pentri. Dan dia gatau nih orang siapa. Kira-kira kita mau, atau pegawai baru itu mau menurut atau ngga? Belum tentu dan kalau mau nurut. Itu mayoritas gaakan plong nurutnya. Apalagi pegawai baru ini diterima di posisi yang bagus di strategis.
Ada yang bilang nih siapa sih nih orang nyuruh-nyuruh? Bossy banget. Dia ga tau kali ya siapa gue ya? Dia gatau dia diterima di posisi ini yang strategis dan tinggi. Itu masih ada pertanyaan ganjelan walaupun dia ambilkan nanti. Udah deh ambilin deh. Gua gamau bikin masalah di hari pertama. Eh siang harinya dia baru tau yang nyuruh CEOnya. Yang nyuruh dia tuh bosnya.
Kira-kira ketika dia tau bahwa yang nyuruh dia ini CEOnya bosnya, kira-kira perasaan dia ketika disuruh di sore hari dengan tadi disuruh di pagi hari sama atau beda? Hadirin? Masih ada ngedumel-ngedumel? Ngga. Justru pinginnya terlihat baik dan terlihat teladan di depan sosok itu.
Siap bos, 86! Gitu. Apalagi bos? Masa cuma gelas aja? Kopi ya kopi ya. Gitu. Padahal waktu pagi dicari gelas yang paling kecil aja. Yang paling kecil aja dah. Nyebelin. Yang paling jelek aja yang dipentri. Sorenya udah beda dah. Cari yang paling bagus. Terus tanya, sekalian kopi ya? Saya tuh pecinta kopi bos. Bos harus coba racikan saya. Kemana-mana saya bawa biji kopi sama alatnya. Jadi semangat gitu hadirin. Kenapa? Karena tahu ini bosnya. Nah itu tadi إن الصلاتي وينكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين ini pencipta kita hadirin. Yang Punya kita. Yang Memiliki kita. Dan yang ngatur semuanya. Makanya hadirin sekalian kita ga akan bisa kecuali kita bener-bener mengenal dan beriman kepada Rabbul'alamiin. Baru bisa kembalikan kepada Allah dan Rosulnya. Lalu ga ada perasaan berat. Lalu menyerah dan menerima dengan sepenuh hati.
Ini yang bisa disampaikan dan ini respon ketika diajak ke kebaikan dan diajak atau dilarang untuk dilarang kemungkaran. Saya rasa cukup kita buka sesi tanya jawab وصلى الله على نبينا محمد
Comments
Post a Comment