Kajian Riyadhus Shalihin - 376. Musibah Terbesar - Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حَفِظَهُ اللهُ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين
نحمده ونستعينه ونستغفره
ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا
x
أشهد أن لا إله إلا وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده
ونصلي ونسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن سار على نهجه بإحسان إلى يوم الدين وبعد
Hadirin yang الله Muliakan الحمد لله kita panjatkan puji dan syukur kepada الله سبحانه وتعالى atas segala nikmat dan karunia yang الله berikan dan الله limpahkan kepada kita. Nikmat yang tidak mungkin bisa kita hitung satu demi satu. Nikmat yang senantiasa mendampingi detik demi detik kehidupan kita. Dimana ada kehidupan disitu ada nikmat الله سبحانه وتعالى.
Khususnya pada saat ini di awal bulan Syawwal kita diberikan berbagai macam kenikmatan maka bersyukurlah dan terus bersyukur kepada الله. Khususnya kita diberikan kesempatan dan hidayah untuk tetap bisa beribadah, tetap menuntut ilmu dan berusaha mengamalkan ilmu kita dengan segala keterbatasan dan kekurangan kita.
Itu nikmat terbesar jama'ah sekalian, ilmu yang bermanfaat. Karena dengannya semua kebaikan akan diraih. Maka terus bersyukur dan bersyukur kepada رب العالمين. Sebagaimana marilah senantiasa kita meminta pertolongan kepada الله سبحانه وتعالى agar الله senantiasa menolong kita untuk bisa beramal, agar bisa beribadah, agar bisa bertaqarub kepada الله. Lalu agar الله menolong kita mendapatkan kebaikan di dunia maupun di akhirat.
Hadirin yang Allah Muliakan, sebagaimana marilah perkuat syahadatain kita لا إله إلا الله محمد رسول الله. Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Nabi kita adalah hamba dan utusan Allah Subhanahuwata'ala. Dan marilah kita mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi kita, Rosul kita, sudah hasanah kita, سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن سار على نهجه بإحسان إلى يوم الدين وبعد
Hadirin yang Allah Muliakan, kita akan memasuki dalil yang dibawakan Imam Nawawi dalam باب في المحافظة على الأعمال Bab Menjaga dan Mempertahankan Amal Sholeh. Bab Menjaga dan Mempertahankan Amal Sholeh. Dan ayat yang beliau sampaikan itu sangat dalam jama'ah sekalian. Mari kita masuk bersama Imam Nawawi رحمه الله. Beliau الإمام النووي, الشافعي. Semoga Allah Merahmati beliau, Merahmati keluarga beliau, Merahmati seluruh orang yang beliau cintai dan semoga Allah Merahmati seluruh kaum muslimin dimanapun berada. Semoga Allah jaga. Khususnya yang sedang terdzolimi, sedang tertindas dan sedang teraniaya dimanapun mereka berada. Dan semoga Allah Tolong mereka dari segala makar dan keburukan
آمين يارب العالمين
Hadirin yang Allah Muliakan, ayat yang pertama adalah ayat dalam surat Al-Hadid ayat ke 16
قال الله تعالى
Imam Nawawi رحمه الله تعالى menyampaikan Allah berfirman
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
Hadirin yang Allah Muliakan, Allah سبحانهوتعالى menyampaikan. Allah سبحانه وتعالى menyampaikan bahwa "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman..." Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, Ini pertanyaan bukan pertanyaan mencari info hadirin. Bukan pertanyaan mencari data. Ini pertanyaan teguran. Jadi ga butuh jawaban sebenernya
ألم يأن للذين ءامنوا
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah"
أن تخشع قلوبهم لذكر الله
"Untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah diturunkan kepada mereka."
ولا يكونوا كالذين أوتوا الكتاب من قبل
"Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan الكاتب kepada mereka"
فطال عليهم الأمد
"Kemudian berlalulah masa yang sangat panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik"
Jadi Allah berfirman yang artinya "apakah belum datang waktunya untuk khusyuk? Khusyuk pada saat mengingat Allah dan pada saat menerima kebenaran wahai orang-orang beriman." Emangnya masih belum ya? Gitu lho. Belumkah datang waktunya? "Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang diberikan kitab suci sebelum mereka" yang semakin berjalannya waktu justru hati mereka jadi keras. Bukannya jadi lembut, jadi keras. Jadi semakin berinteraksi dengan kitab suci, semakin lama bersama dengan kitab suci eh justru hatinya semakin keras. Bukan semakin lembut, semakin keras. "Dan mayoritas mereka orang-orang fasik".
Oh ini teguran jama'ah sekalian. Dan ini ayat yang pertama yang dibawakan الإمام النووي رحمه الله. Mari kita bersama ayat ini dan kita lihat bagaimana keterangan para ulama kita tentu saja dengan segala keterbatasan kita.
Apa yang dimaksud khusyuk di dalam ayat ini? Kan Allah bertanya dalam rangka menegur "Apakah belum datang waktunya untuk khusyuk nih?" Belum cukup nih waktu untuk khusyuk ketika berdzikir dan ketika mendapatkan kebenaran yang Allah Turunkan. Apa sih yang dimaksud khusyuk? Hadirin yang Allah Muliakan, Al-Imam Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini, beliau mengatakan bahwa
تلين عند ذكري
"hati itu lembut ketika berdzikir kepada Allah". Hati itu lembut ketika berdzikir kepada Allah. Ketika mengingat Allah hati itu lembut gitu lho.
والموعظة
"Dan hati itu lembut ketika diberi nasihat". Diberi nasihat.
وسماعل القرآن
"Dan ketika mendengarkan القرآن الكريم."
فتفهمه ، وتنقاد له ، وتسمع له ، وتطيعه
"Jadi hati itu mengerti. Gitu lho, mengerti kebenaran ayat Qur'an yang dia dengar atau dia baca. Lalu dia itu tunduk sama ayat-ayat tersebut. Hati itu mendengarkan dan hati itu taat"
Gitu jama'ah. Jadi ada apa namanya ada 3 unsur paling tidak nih jama'ah. Pertama hati itu lembut lalu mengerti lalu tunduk dan taat. Tunduk dan taat. Itu arti khusyuk. Jadi bukan hanya sebatas "aduh aku bergetar ya tadi pas imam membaca surat itu bagus." Tapi kalau begitu setelah sholat ngga tunduk sama Allah ya itu belum dinamakan kekhusyu'an. Gitu lho. Banyak kita kan memahami khusyuk itu hanya sebatas khusyuk pada saat sholat, pada saat berdzikir. Titik. Gitu lho. Padahal khusyuk itu lebih luas dari itu jama'ah. Khusyuk itu lembut ketika berdzikir, lembut ketika membaca Al-Qur'an. Hati tuh lembut ketika berdzikir atau ketika membaca Al-Qur'an, atau mendengar ketika Al-Qur'an itu dibacakan. Lalu dia mengerti makanya kan orang sulit kalau ngga ngerti gitu lho.
Lalu dia tunduk dan nurut, taat gitu. Kalau Allah سبحانه وتعالى mengarahkan ke kanan dia ke kanan. Kalau Allah سبحانه وتعالى mengarahkan dia ke kiri, dia ke kiri. Allah subhanahuwata'ala suruh dia loncat, loncat dia jama'ah.
Allah سبحانه وتعالى suruh dia tiarap, dia tiarap. Gitu jama'ah sekalian. Nah, jama'ah yang Allah Muliakan. Jadi, kalau kita pahami jadi apakah belum cukup waktunya untuk khusyuk? Apakah belum cukup waktu untuk kalian sehingga hati kalian itu lembut ketika berdzikir dan membaca Al-Qur'an, ketika mendengar Al-Qur'an itu dibacakan lalu kalian paham tuh apa yang kalian baca. Gitu lho. Paham ga ketika kita baca سبحان الله. Itu ngerti ngga tuh? لا إله إلا الله udah ngerti apa belum? Bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah. Pada saat kita baca الحمد لله paham ga bahwa الحمد لله itu pujian dari seorang pecinta. Jadi harus ada pujian, harus ada unsur cinta disana itu الحمد bukan hanya sebatas memuji lisan aja. Karena betapa banyak yang muji itu ternyata penjilat.
Ketika kita istighfar, ngerti ngga tuh arti istighfar? Bahwa kita mintaaa kepada Allah agar Allah tutup aib dan dosa kita. Allah tutup dosa dan aib kita dan Allah hilangkan pengaruh buruknya, efek sampingnya semoga ga ada. Aduh kemarin pas idul fitri hari pertama saya maksiat lagi. Astaghfirullah, Ya Allah Tolong tutuuuuppp maksiat tersebut. Dan jangan sampe ada dampak negatif pada diri saya. Tuh hati otomatis jadi lembut
"Iya sih emang aku tuh salah" trus jadi mau taat, mau tunduk sama Allah. Begitu juga ketika baca القرآن الكريم. Ketika baca ملك يوم الدين itu bener-bener Allah itu Raja dan Pemilik. Raja dan Pemilik. Kenapa Raja dan Pemilik? Karena ngga semua Raja itu memiliki. Di dunia aja deh banyak raja itu, rajanya cuma simbol. Ga punya wewenang. Simbol aja. Tapi Allah itu ملك يوم الدين dan disaat yang sama Allah itu مالك يوم الدين. Rajanya hari kiamat dan Pemilik hari kiamat.
Nah, kita kan kalau bener-bener hati kita kalau bener-bener khusyuk kita akan berhadapan dengan رب العالمين dengan semua dosa-dosa saya dan semua proses harus dijalani kecuali yang Allah khususkan. Bisa ngga kalau Allah Hisab saya, saya melewati itu semua?
Kan harusnya kita mikir kesana jama'ah ya? Makanya bener lah Allah berfirman
إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر
"Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar." Itu hanya dengan 1 ayat ملك يوم الدين saja seharusnya kita nih kalau punya hati yang khusyu' berhenti sudah habis sholat. Ga berani macem-macem lagi. Ga berani melakukan kemungkaran. Wong arti ملك يوم الدين raja dan Pemilik hari kiamat. Kita akan berhadapan, kita akan dihisab. Makanya kan
إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر
"Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar"
Surat apa itu jama'ah? Al-Ankabut ya? Ayat 45. Kalau ngga salah. Tapi kan hati kita ngga khuysu' makanya habis sholat main-main lagi. Maksiat lagi. Nah itu kan harusnya kita masuk ke ayat ini nih, kalau kita …
ألم يأن للذين ءامنوا أن تخشع قلوبهم لذكر الله
"Emangnya belum cukup waktu diberikan ya? Sehingga hati Anda bisa khusyuk?" Inget khusyuk itu hatinya jadi lembut, terus ngerti terus tunduk dan taat. Bukan hanya ketika apa, ketika berdoa nangis gitu atau ketika qunut witir nangis tapi siangnya gitu lagi. Ga berubah-berubah juga. Ga tunduk, ga nurut sama Allah.
Jadi kayak seremonial aja udah gitu lho. Khusyuk ngga demikian. Khusyuk ngga demikian. Makanya hadirin yang Allah Muliakan. Allah Tegur, naahhh. Itu yang pertama. Yang kedua nih kita renungkan.
Tau ngga jama'ah sekalian keterangan para sahabat tentang ayat ini? Mari kita simak keterangan Abdullah bin Abbas yah. Kata Abdullah bin Abbas.
إن الله استبطأ قلوب المهاجرين فعاتبهم على رأس ثلاث عشرة من نزول القرآن
"Allah itu menganggap bahwa progress hatinya orang-orang Muhajirin, sahabat-sahabat Muhajirin itu masih agak lambat". Masih agak lambat, progressnya tuh masih agak lambat. Maka Allah Tegur mereka setelah 13 tahun dari awal turunnya القرآن الكريم. Gitu, Allah Tegur mereka setelah 13 tahun القرآن diturunkan. ما شاء الله ya. Itu masih agak lambat, gimana kita? Itu keterangan Abdullah bin Abbas. Adapun Abdullah bin Mas'ud menjelaskan
ما كان بين إسلامنا وبين أن عاتبنا الله بهذه الآية إلا أربع سنين
"Jarak waktu antara kita masuk islam dan teguran Allah dalam ayat ini itu tidak lain tidak bukan itu 4 tahun. 4 tahun. 4 tahun." Lho kontradiksi dong pak ustadz? Ngga juga. Abdullah bin Abbas bilang apa tadi? 13 tahun dari apa? Dari القرآن diturunkan. Kalau عبد الله بن مسعود mengatakan 4 tahun. Tapi 4 tahun dari mana? Dari masuk Islam. Kan para sahabat ngga semuanya masuk Islam disaat pertama القرآن turun di gua hiro ya. Jadi kalau kita lihat secara personal ini 4 tahun jama'ah. Coba kita renungkan diri kita. Khususnya yang sudah berhijrah selama 4 tahun lebih. 4 tahun lebih nih. Antum udah berapa tahun? Udah 6 tahun pak ustadz. Nah 6 tahun. Udah lembut belum hatinya? Udah mengerti atau belum apa yang dibaca ketika sholat misalnya.
Bahkan seringkali diantara kita jangankan ngerti apa yang dibaca. Udah 5 tahun, 6 tahun hijrah baca aja belum bisa. Jadi bagaimana mau ngerti. Baca aja belum bisa. Padahal Udah 5 tahun hijrah 6 tahun hijrah. 7 tahun hijrah. Udah kenal komunitas hijrah dimana-mana. Tapi bacanya aja belum bisa. Sedangkan apa, sahabat Muhajirin aja udah ditegur sama Allah سبحانه وتعالى. Kata Abdullah bin Mas'ud 4 tahun Allah Tegur kita. 4 tahun. Makanya kita setuju bahwa belajar itu harus bertahap. Berubah itu harus bertahap, pelan-pelan tapi bukan berarti jalan ditempat. Bukan pakai pakai kaidah treadmill udah jalan tapi ngga nyampe-nyampe udah disitu aja jalannya. 4 tahun ditegur lho jama'ah. Belum cukup nih waktu kata Allah? Coba kita… "Kenapa udah, nih udah 4. Kenapa kok aku gini-gini aja ya?" Kok aku ngga ada perubahan? Kan begitu jama'ah. Kenapa hatiku tetap gersang-gersang aja. Coba nih kita renungkan 4 tahun lho ini. Mana progress kita? Mana perubahan hati kita? Atau memang kita ngga ada progress.
Dan memang itu yang dikhawatirkan jama'ah. Makanya kan dalam hadits Abu Darda Nabi mengatakan
أول شيء يرفع من هذه الأمة الخشوع
"Yang pertama kali diangkat oleh umat ini adalah kekhusyukan" Yang pertama kali diangkat oleh umat ini adalah kekhusyu'an.
حتى لا ترى فيها خاشعا
"Sampai engkau ngga melihat satupun diantara mereka ada yang khusyuk" itu jama'ah sekalian. Sampai engkau ngga melihat ada satupun orang khusyuk. Bayangkan! Tadi itu riwayat Imam Thabrani رحمه الله. Jadi jama'ah yang Allah Muliakan. Hati-hati masalah ini. Yang pertama kali dicabut, diangkat itu bukan harta. Bukan. Bukan bacaan Qur'an tetapi khusyuk ketika membaca Qur'an. Itu yang pertama kali dicabut. Dan khusyuk ketika baca itu bukan pada saat sebatas baca. Hati kita lembut ketika baca.
Tadi kata Ibnu Katsir: kita ngerti dan kita tunduk dan nurut patuh sama apa yang Allah Firmankan kepada kita. Hati-hati ini yang pertama kali dicabut, diangkat dari umat ini. Makanya ngga heran, masih ingat kan bagaimana Muslim bin Yassar itu sholat? Tembok tuh rubuh dia bisa tetep tenang aja. Ada kebakaran deket beliau. Itu beliau tetep sholat. Dan ngga. Dan wajar kalau kita pikir itu dongeng. Emang dicabut sama Allah itu kekhusyu'an. Yang pertama kali dicabut itu kekhusyu'an.
Sehingga kisah nyata di zaman dulu kita pikir dongeng belaka. Padahal itu real. Ada orang yang bisa seperti itu. 4 tahun lho. 4 tahun coba renungkan. Setiap kita kan start hijrahnya beda-beda ada yang misalnya tahun 2015 atau yang tahun 2016 itu kalau Masehi. Kalau Hijriyah ada yang 1439-1438 ada yang 1436. Nah nih sekarang udah gimana nih kita? Nah makanya cocok. Sekarang mari kita kembali ke ayatnya.
ولا يكونوا
"Dan janganlah mereka seperti Ahlul kitab" atau orang-orang yang diberikan Alkitab sebelum mereka.
فطال عليهم الأمد
"Itu Allah Kasih waktu yang panjang kepada mereka. Alih-alih lembut, justru hati mereka jadi keras." Hati mereka tuh jadi keras
وكثيرمنهم فاسقون
"Dan banyak dari mereka itu fasik." Hadirin yang Allah Muliakan. Ada ngga diantara kita ya? Diantara kita ya. Awal-awal hijrah dulu itu kayaknya kalau sholat tuh bergetar banget hatinya kalau sholat. Kalau Baca Qur'an tuh bisa nangis. Banyakan yang apa? Banyak diantara kita tuh tersentuh banget misalnya dengan surat الرحمن apalagi baru hijrah. Inget nikmat-nikmat selama ini. Ya Allah kok gua gua dustain semua. Gua pake buat maksiat. Nangis tapi setelah 3 tahun hijrah, 4 tahun hijrah, 5 tahun hijrah biasa aja baca surat Ar-Rahman tuh ga ada pengaruhnya.
Ga ada pengaruhnya. Biasa aja. Sholat juga biasa aja malah semakin cepat sholatnya. Ga punya waktu untuk doa ketika sujud. Padahal dulu waktu pertama kali ya Allah sujudnya ngga selesai-selesai. Nah Allah udah katakan "eh jangan kayak Ahlul kitab" kata Allah. Mereka dikasih kitab suci
فطال عليهم الأمد
Mereka dikasih kitab suci
فطال عليهم الأمد
Waktu diberikan dengan panjang
فقست قلوبهم
Tapi justru hati mereka menjadi keras. Ha dan ini musibah jama'ah. Dan ini MUSIBAH TERBESAR. Musibah terbesar setelah kita hijrah bukan kita jadi miskin. Gara-gara kita ngga mau makan uang yang haram. Bukan. Musibah terbesar setelah kita berhijrah bukan kita jadi miskin gara-gara kita ngga mau makan uang yang haram. Bukan. Musibah terbesar setelah kita berhijrah bukan kita jadi jobless. Atau bisnis kita berantakan. Omset turun bukan. Musibah terbesar apalagi setelah hijrah Allah merasakan hati kita. Ada banyak para ulama klasik mengatakan atau lebih dari satu yang lebih tepat. Lebih dari satu ulama klasik mengatakan seperti yang dijelaskan Hudzaifah. Sebagaimana disampaikan Abu Nu'aim dalam Hilyah.
ما أُصيب أحد بمصيبة أعظم من قساوة قلبه
"Tidak ada musibah yang diderita seseorang yang lebih parah, yang lebih besar daripada kerasnya hati." Itu musibah yang paling parah. Musibah yang paling parah. Musibah paling parah tuh bukan bangkrut tapi hati keras. Musibah paling parah tuh bukan ngga punya duit tapi ngga khusyuk ketika sholat. Itu musibah paling parah. Ngga tunduk sama Allah. Udah biasa rutinitas aja udah. Ngga ada lembut-lembutnya udah. Padahal dulu kita sempet dapetin anugrah itu. Pada saat أستغفر الله itu kayaknya hati itu lembut gitu ya. Terenyuh gitu. Sekarang biasa aja أستغفر الله 7x padahal udah 6 tahun hijrah nih, udah 5 tahun hijrah. Wah itu kata para ulama itu musibah terparah, hati itu keras. Hati itu sakit. Hati itu kehilangan Tauhid itu paling parah. Hati yang kehilangan Tauhid itu parah. Hati itu jadi terikat dan bergantung pada mahluk. Hati jadi ambisius terhadap dunia. Awal-awal hijrah udah-udah pokoknya gua ngga mikir dunia lagi. Eh pas hijrah berapa tahun ternyata ini pangsa pasarnya banyak nih di hijrah. Kan begitu ya? nah ini pangsa pasarnya banyak. Akhirnya mulai disorientasi. Subhanallah. Ternyata keuntungan juga secara duit ya. Bergeser. Akhirnya hatinya keras. Hatinya keras.
Nah itu hadirin jangan seperti ahlul kitab kata Allah yang semakin (bahasa kita) semakin ngaji semakin keras hatinya. Semakin belajar semakin keras bukan semakin lembut. Semakin keras. Semakin ngga khusyuk. Semakin ngga khusyuk. Semakin ngga lembut. Itu yang perlu kita camkan.
Dan itu bahaya. Ibnu Aqil رحمه الله sebagaimana dikatakan الإمام ابن رجب suatu hari dalam nasihat beliau
يا من يجد من قلبه قسوة،
"Wahai orang yang mendapatkan hatinya keras.
احذر أن تكون نقضت عهدًا
Berhati-hatilah jangan sampai Anda memutuskan perjanjian dengan Allah!"
Jadi ini bisa bahaya jama'ah, bisa fatal hati keras tuh fatal, kita kan udah janji sama Allah untuk bertauhid. Untuk nurut. Untuk taat gitu. Untuk beriman bahwa Allah itu Rabb kita. Rabb itu apa sih? Rabb itu kan udah kita bahas nama yang mengandung seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah yang lain. Khususnya الخالق yang menciptakan kita. المالك yang Memiliki kita. المدبر yang mengatur kita. Kita udah janji lho untuk beriman bahwa yang mengatur kita adalah Allah, bukan hawa nafsu. Bukan ego. Bukan kepentingan. Bukan dunia dan bukan yang lain. Yang ngatur Allah.
Ati-ati tuh. Inget kita udah berjanji untuk beriman seperti itu. Makanya tolong dijaga. Ini kan? Makanya bab apa? Bab Mempertahankan Amal Sholeh. Dan ini yang paling pertama kali dipertahankan itu hati jama'ah. Ini Romadhon hati kita lembut. Ini Syawwal hati kita masih lembut apa ngga? Kan begitu.. Datang seseorang kepada Abdullah bin Mas'ud hadirin. Bisa dicek dalam Tafsir Ath-Thabari.
Datang seseorang ke Abdullah bin Mas'ud hadirin. Lalu orang ini mengatakan
فقال: يا عبد الله هلك من لم يأمر بالمعروف وينه عن المنكر
"Wahai Abdullah bin Mas'ud, celaka, celaka orang yang tidak mengajak atau celaka orang yang tidak amar makruf nahi mungkar" mengajak yang makruf dan tidak mengajak kepada yang mungkar.
Lalu apa kata Abdullah bin Mas'ud?
فقال عبد الله :هلك من لم يعرف قلبه المعروف ولم ينكر المنكر.
Di dalamkan lagi. Ucapan tadi bener. Bener ngga sih? Celaka orang yang tidak amar makruf nahi mungkar. Betul ya. Tapi, Abdullah bin Mas'ud mendalamkan lagi bicara corenya
Celaka yang tidak atau من لم يعرف قلبه المعروف. من لم يعرف قلبه المعروف. "Celaka orang yang tidak mengenalkan kebaikan kepada hatinya" لم يعرف قلبه المعروف. لم يعرف قلبه المعروف
Tidak memperkenalkan kebaikan kepada hatinya.
ولم ينكر المكر
Dan tidak mengingkari kemungkaran yang ada dalam hatinya atau bisa juga
من لم يعرف قلبه المعروف. من لم يعرف قلبه المعروف
"Celaka orang yang hatinya ngga mengenal kebaikan."
ولم ينكر المكر
"Dan celaka orang yang hatinya tidak mengingkari kemungkaran." Celaka orang yang hatinya tuh ngga ngerti kebaikan. Dan hatinya ngga mengingkari kemungkaran. Jadi, lalu Abdullah bin Mas'ud mengambil dalil ini. Lihat Bani Israil itu Allah kasih waktu lama eh, hatinya jadi keras. Lalu dia rubah kitab suci yang ada dihadapan mereka. Kata Abdullah bin Mas'ud. Jadi ini yang harus kita camkan jama'ah. Karena kalau hati kita sudah keras semua anggota tubuh kita bermasalah. Tapi kalau hati kita khusyuk, itu semua anggota tubuh akan mentauhidkan Allah akan rajin ibadah, akan semangat untuk beramal sholeh. Makanya ini musibah terbesar kata Hudzaifah tadi dan kata sebagian para ulama. Orang tuh kalau ngga punya duit tapi hatinya tetap khusyuk enak. Tetep enak. Dan itu kan bukan hal aneh, di sejarah kita banyak banget ulama ngga punya duit jama'ah dan mereka bahagia-bahagia aja. Bahkan yang ngga sampe title ulama, orang awam gitu ya tapi hatinya khusyuk gitu. Hatinya lembut. Terus ngerti apa yang Allah sampaikan ke dia terus dia berusaha tunduk dan amalkan. Tenang walaupun ga punya duit. Dan itu belum sampe maqom ulama. Gimana maqomnya Imam Nawawi? Imam Nawawi kan bukan termasuk ulama yang kaya. Itu belum maqomnya imam Syafi'i رحمه الله. Kan demikian jama'ah. Itu yang perlu kita camkan. Jangankan itu ada banyak ulama tuh sebelumnya budak ngga punya apa-apa tapi hidupnya Allah Muliakan jama'ah. Budak.
Mungkin suatu saat bisa kita bahas ya, tapi kalau Antum lihat ahli-ahli Qur'an. Ahli-ahli Qur'an. Murid-murid Abdullah bin Abbas, murid-murid Ubay bin Ka'ab atau murid-murid Abdullah bin Mas'ud itu banyak banget yang Memiliki kendala secara duniawi tapi kalau kita melihat bagaimana mereka di dunia kaya manusia sempurna. Kayak ya, ngga ada, maksudnya emang manusia tuh ngga ada yang sempurna. Tapi kayaknya ngga butuh, kayaknya ngga punya kendala apa-apa gitu maksudnya. Atau sempurna berdasarkan batas kemanusiaan yang tidak sempurna. Tapi kalau kita lihat banyak yang punya kendala kehidupan. Tapi Allah Muliakan mereka karena hati mereka khusyuk.
Suatu ketikalah insyaallah kita bahas mereka-mereka itu. Nama-nama seperti Mujahid, 'Atho bin Abi Rabbah. Dan lain-lain murid-muridnya Abdullah bin Mas'ud seperti Masruk dan lain-lain. Makanya musibah tuh bukan punya kendala dunia. Musibah itu hati kita keras. Itu musibah terbesar. Hati kita ngga bertauhid lha itu musibah terbesar. Akhirnya keras karena ngga bertauhid. Hati kita kurang iman. Hati kita kehilangan keyakinan kepada Allah. Keyakinan kepada takdir Allah سبحانه وتعالى. Hati kita dikendalikan hawa nafsu. Akhirnya jadi keras. Dan inget jama'ah 4 tahun lho. 4 tahun baru Allah Tegur. Jadi jangan jadikan alasan berproses itu jadi justifikasi ketika kita ngga berubah-berubah bahkan semakin menurun perubahannya. "Ini kan proses mas, ngga bisa semua orang tuh. Orang tuh ngga berubah seperti membalikkan telapak tangan. Ngerti tapi kan Anda sudah 10 tahun. Terus sampai kapan?" Itu poin.
Dan terakhir jama'ah sekalian. Malik bin Dinar رحمه الله. Beliau mengatakan
ما ضُرب عبد بعقوبة أعظم من قسوة قلب
"Tidak ada hukuman yang lebih menyakitkan, yang lebih memukul seorang hamba yang lebih keras daripada kerasnya hati." Itu hukuman paling parah. Hukuman paling parah itu Allah buat hati kita keras. Allah buat hati kita keras. Romadhon kaya ga ada bekasnya. Lha itu parah. Hati setelah pulang haji bukannya tambah baik tambah buruk. Lha itu parah. Itu hukuman paling parah.
Terakhir jama'ah terus gimana dong biar hati kita nih ga keras pak ustadz? Kita bacakan tips singkat dari Al-Imam As-Sa'di رحمه الله ketika membahas ayat ini. Beliau mengatakan, catat baik-baik
فالقلوب تحتاج في كل وقت إلى أن تذكر بما أنزل له الله،
"Hati itu, hati itu butuh mengingat apa yang Allah turunkan kepadanya setiap waktu."
وتناطق بالحكمة،
"Hati itu hendaknya diajak bicara dengan hikmah" diajak bicara tentang hikmah gitu lho.
ولا ينبغي الغفلة عن ذلك،
"Dan jangan sampai kita lalai dalam menjaga ini."
فإن ذلك سبب لقسوة القلب وجمود العين
"Karena itulah penyebab kerasnya hati dan mata itu jadi kaku gitu lho" jadi hati itu butuh jadi
فالقلوب تحتاج في كل وقت إلى أن تذكر بما أنزل له الله،
Hati itu butuh diingatkan dan mengingat apa yang Allah turunkan dan diajak bicara tentang hikmah. Hati itu harus begitu terus. Kalau ngga keras. Dan ga boleh lalai. Kapan? Setiap waktu.
في كل وقت
Kata para ulama "setiap waktu"
تحتاج في كل وقت إلى أن تذكر بما أنزل له الله،
Diingatkan dan di inget dan harus diajak bicara terus tentang hikmah. Hikmah itu apa sih? Hikmah itu kan kebenaran hadirin. الحكة. Hikmah itu kan sunnah Nabi ﷺ
ويعلمهم الكتاب والحكمة
"Nabi tuh mengajarkan الكتاب (Al-Qur'an) dan الحكمة (sunnah Nabi)". Makanya kita bersyukur sama Allah. Allah kasih taufik kita bisa belajar Riyadhus Shalihin. رياض الصالحين tuh isinya الكتاب والحكمة. Ini hikmah رياض الصالحين د. Dan kita harus duduk dengan orang-orang yang senantiasa hidupnya ini tentang apa yang Allah turunkan dan tentang hikmah dari Allah. Harus selalu begitu. Pokoknya harus punya lingkungan jama'ah, harus punya lingkungan. Harus bersama orang-orang yang selalu bisa mengingatkan kita. Kalau ngga? Hati kita keras. Selalu ngingetin kita. Selalu ngajak kita bicara tentang hikmah. Jangan, hati-hati duduk dengan orang-orang yang bicara isinya dunia terus. Dunia perlu dipikirkan hadirin tapi mayoritas bicarakan itu? Kita bicara mimpi 20 tahun kemudian, kalau besok mati gimana? Ga ada manfaatnya tuh obrolan. Tapi bicarakan tentang apa yang Allah turunkan, tentang hikmah kapanpun seseorang itu wafat, bermanfaat. Bermanfaat. Ini kata para ulama. Itu kata para ulama. Selalu, selalu harus fokus kesana, fokus kesana, fokus kesana. Ingetkan terus hati kita. Ingatkan terus hati kita. Dan diingatkan dengan apa? بما أنزل له الله dengan apa yang Allah turunkan. Jadi harus punya ilmu juga. Bukan cuma ngingetin sugesti ayok jadi lembut ya hati. Jadi lembut ya hati. Susah juga. Harus diingatkan dengan apa yang Allah Turunkan. Harus ada ayat disana. Harus ada hadits disana. Makanya jama'ah sekalian ayat dan hadits kan berkah ya.
Antum liat رياض الصالحين deh. رياض الصالحين bayangkan isinya ayat dan hadits. Ayat dan hadits. Berkah. Makanya kata para ulama "sehebat-hebat retorika manusia ngga mungkin bisa punya keberkahan sebagaimana Al-Qur'an dan hadits Nabi ﷺ ngga mungkin. Ngga mungkin.
Makanya, kembali ke ayat kembali ke hadits Nabiﷺ lalu lihat keterangan para ulama jangan dipahami sendiri. Jangan dipahami sendiri. Apa kata Syaikh Abdul Qodir Jaelani عليكم بمذهب السلاف الصالح "Kalian tuh harus mengikuti konsepnya para sahabat, Tabi'in dan tabiut Tabi'in. Ulama-ulama klasik terdahulu. Itu kata beliau.
Beliau nama besar ya الشيخ عبد قادر الجيلاني. رحمه الله. Jadi jama'ah sekalian yang Allah Muliakan. Kalau ingin hati kita ngga keras. Pegang itu kata Syaikh As-Sa'di atau Al-Imam As-Sa'di hati tuh harus selalu diingatkan-diingatkan-diingatkan dengan ayat bukan dengan sebatas retorika. Tapi DENGAN AYAT. Dengan apa yang Allah Turunkan. Sekali lagi DENGAN AYAT. Makanya ulama mengatakan "kalau ingin hati bersih harus deket sama القرآن." Harus deket sama القرآن. Kenapa kemarin tuh pas Romadhon kayaknya hati kita tuh. Kayaknya aku hatiku tuh udah deket banget sama Allah. Ya tiap hati kita baca Qur'an tiap hari denger ayat Qur'an ditadaburi. Dikaji dibahas. Ya wajar. Itu udah. Itu obatnya hati tuh itu.
Obatnya hati tuh itu harus selalu diingatkan dengan ayat, dengan apa yang Allah turunkan. Karena yang megang hati manusia kan Allah subhanahuwata'ala. Makanya dalam surat Yunus ayat 67 masih ingat?
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ
"Wahai manusia telah datang nasihat dari Rabb kalian dan obat penyembuh penyakit yang ada di dalam dada." Itu jadi القرآن itu udah obat penyembuh deh. Tapi harus masuk ke hati. Hati itu diingetin terus. Bukan hanya dibaca. Tapi, sekali lagi hati diingatkan dengan ayat, diingatkan dengan ayat dan diajak bicara dengan hikmah.
Mungkin itu yang bisa disampaikan.جزاكم الله خيرا. Waktu sudah habis saya rasa sudah cukup hati-hati jama'ah sekalian 4 tahun dan ini teguran untuk kita semua. Apalagi yang bicara wong Muhajirin aja diingatkan sama Allah apalagi kita. Betul butuh waktu tapi harus ada progress. Semoga Allah Melembutkan hati kita dan semoga Allah سبحانه وتعالى menerima amal ibadah kita. Dan semoga Allah سبحانه وتعالى memberikan pertolongan kepada kita semua dan seluruh kaum muslimin dimanapun berada. وصلى الله والسلام على محمد.
سبحانك الله وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
ربنا تقبل منا
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Comments
Post a Comment